Selasa, 13 November 2007

Dakors SHOP banyak pilihan....









Dakors Mencari Rekanan Baru!!

Dakors SHOP









Dakors Nothing Special.............

Minggu, 14 Oktober 2007

Jangan Mau Jadi Orang Gajian Seumur Hidup...#1

TIDAK ada jaminan, seorang sarjana akan mudah mendapatkan pekerjaan. Berbagai perusahaan semakin selektif menerima karyawan. Tingkat persaingan pun semakin tinggi. Ujung-ujungnya, mereka yang tidak mendapat pekerjaan malah menambah jumlah angka pengangguran. Memulai berwirausaha sejak mahasiswa adalah sebuah pilihan.

Semenjak krisis ekonomi beberapa tahun silam, banyak perusahaan yang mulai mengencangkan ikat pinggang. Meski solusi yang dilematis, pemutusan hubungan kerja (PHK) selalu terjadi setiap tahun. Kini, bukan hanya jebolan SD sampai SMA yang menjadi pengangguran, namun banyak juga yang berstatus sarjana. Pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah, hingga saat ini.

Jika ditarik lebih dalam, tingginya angka pengangguran tersebut, juga berkaitan dengan paradigma kebanyakan mahasiswa yang berpikir untuk "bekerja pada orang lain". Setelah lulus, para mahasiswa lebih memusingkan untuk melamar bekerja di mana, daripada berpikir untuk membuka usaha sendiri. Pola pikir ini bukannya datang secara tiba-tiba. Sejak kecil, orang tua kerap menjejali pemikiran anaknya untuk bercita-cita sebagai pilot, misalnya, yang notabene bekerja pada orang lain, daripada menjadi pedagang.

Valentino Dinsi, SE, N.N., N.B.A., seorang praktisi bisnis, dalam bukunya yang berjudul "Jangan Mau Jadi Orang Gajian Seumur Hidup", menekankan bahwa tidak mengapa menjadi pegawai, namun jangan sampai seumur hidup. Kalau perlu, pensiun dini untuk mulai berwirausaha. Wirausaha merupakan solusi bagi mereka yang tidak ingin terlalu terikat oleh tata tertib dan waktu.

Merintis menjadi seorang wirausaha sejak mahasiswa, kenapa tidak? Apalagi jika ingin meraih kesuksesan di bidang finansial lebih cepat. "Seret" permodalan, bukanlah hambatan. Seperti yang diakui oleh Rynni Pong Tondok, alumni Fisip Unpar Jurusan Adminstrasi Niaga angkatan 2000, pemilik Butik "Kuyagaya". "Modal awal pakai duit sendiri, cuma Rp 300 ribu. Modal berani saja," cerita Rynni pada Kampus, saat didatangi ke butiknya di Jalan Sulanjana, Bandung, Sabtu (24/12).

Rynni memulai usahanya sejak masih kuliah, tepatnya pada tahun 2002. Hobinya berbelanja dari mulai baju, sepatu sampai aksesoris, membawanya pada keinginan untuk berbisnis. "Awalnya sih cuma ingin punya baju gratis saja. Jual baju ke teman-teman kan ada untungnya tuh. Lumayan kan, jadi dapat barang gratisan," ujar Rynni sambil tertawa.

Bersama rekannya, Tisca, Rynni memulainya dengan berjualan baju secara eceran di kampus. Menawar-nawarkan pada teman-teman di kelas sampai menggelarnya di parkiran, tak malu-malu dilakukannya. "Naik bajaj dan pulang pergi naik kereta Jakarta-Bandung, duduknya di emperan pula karena nggak dapat tempat duduk, sambil bawa barang di keresek ukuran paling besar ada empat buah, pernah kita lakukan," beber Rynni.

Rynni sama sekali tidak mendapat bantuan modal dari orang tuanya. "Kalau dapat modal, nanti gue keenakan, jadi nggak mau usaha. Kata nyokap, gue harus tahu pedihnya seperti apa," jelas Rynni. Meski harus memutar otak sendiri dalam urusan permodalan, Rynni pantang menyerah. Tadinya sekadar ingin dapat barang gratisan, Rynni mulai mengelola usahanya lebih serius.

Akhirnya, mereknya lambat laun mulai dikenal banyak orang, terutama sendal produksinya. "Pengalaman paling berkesan waktu ikut Bazaar Gadis di Jakarta. Kita bawa 300 pasang sandal, sampai-sampai kerepotan mengaturnya di kereta. Tapi tidak menyangka, kita pulang tinggal bawa 13 pasang. Hari itu dapat Rp 38 juta," cerita Rynni.

Bermula dari jual eceran, kini Rynni telah memiliki toko sendiri. Barang-barangnya pun sudah banyak dikirim ke luar Pulau Jawa. Meski merahasiakan omset yang diraihnya, Rynni mengungkapkan bahwa dirinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Lebih dari itu, perputaran uang yang diperolehnya sanggup membuat Rynni membuka satu usaha lagi, yaitu mendirikan sebuah cafe. "Modal saya adalah kerja keras," cetus Rynni.

Kisah Rynni yang membuka usaha dengan modal pas-pasan juga dialami oleh Dermawan Hadi, mahasiswa Teknik Sipil Itenas Jurusan Teknik Arsitektur angkatan 1999, pemilik Distribution Outlet (distro) "Jealousy". "Modal awal Rp 500 ribu, patungan sama teman saya. Waktu itu jadinya 1 lusin baju, lalu kita jual ke teman-teman di kampus," ungkap Dermawan, yang biasa dipanggil Ndo, pada Kampus.

Semenjak merintis tahun 2002 dengan menawar-nawarkan produk pada teman-teman dan menitip ke distro-distro lain, kini Ndo telah memiliki toko sendiri. Produknya pun telah sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Padang, Medan, dan Pontianak. Omzetnya telah menembus puluhan juta rupiah per bulan. "Ini untuk biaya kuliah juga, karena pada awalnya saya ingin sedikit memberikan kontribusi pada orang tua. Malu juga kalau minta uang terus," ujar Ndo yang tengah menunggu waktu kelulusannya.

Berwirausaha sebenarnya sama saja dengan menolong diri sendiri, karena menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri alias tidak bergantung pada orang lain. Bahkan jika usaha semakin maju, seorang wirausaha bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Untuk urusan ini, Ndo pun tidak sendiri dalam mengelola Jealousy, yang beralamat di Jalan Pelajar Pejuang 45, Bandung. Ia bekerja sama dengan 7 orang temannya.

Selain itu, lingkungan kampus yang kerap dikenal memiliki sumber SDM dengan intelektual tinggi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat mahasiswa selayaknya mengembangkan kewirausahaan berbasis kompetensi bidang keilmuan yang ditekuninya. Hal ini penting untuk melahirkan berbagai inovasi. Hal tersebut juga diakui Ndo, yang menyukai bidang desain, sebagai awal ketertarikannya terjun dalam bisnis distro. "Ini sebagai bentuk pemanfaatan ilmu juga," katanya.

Jeli melihat pasar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh para wirausahawan. Booming pemakaian telepon seluler, membuat Andrianto, alumnus STT Tekstil Jurusan Teknik Industri Tekstil angkatan 1999, memutuskan untuk membuka counter penjualan HP, pada tahun 2000. Setelah 5 tahun berjalan, Andrianto kemudian memilih untuk hanya menjual voucher pulsa. "Allhamdulillah sekarang sudah ada 3 counter," kata Andrianto, yang akrab dipanggil Andri.

Pendapat yang mengatakan bisnis dan hobi seringkali beriringan, memang ada benarnya. Selain berjualan voucher pulsa, Andri juga menjalankan bisnis yang bermula dari hobinya pada bidang fotografi. "Yang penting itu senang dulu, maka tidak akan terasa berat dalam menjalankannya," kata lelaki pemilik CV Aurapro yang melayani jasa pemotretan dan dokumentasi video ini.

Sama halnya dengan Andri yang bergerak di bidang dokumentasi visual, M. Iqbal El Hidayat--mahasiswa Fikom Unpad Jurusan Jurnalistik angktan 2001-- juga bergerak di bidang yang sama, dengan mendirikan Rumah Produksi "Kavlink 21". Berdiri sejak tahun 2001, Kavlink 21 awalnya bergerak di bidang film. Seiring perkembangan, Kavlink 21 pun melebarkan sayap ke bidang dokumentasi video, fotografi, dan company profile. "Awalnya karena saya melihat potensi dari bangkitnya film indie," kata Iqbal, Direktur Kavlink 21.

Meski sempat terseok-seok karena masalah dana, bahkan sempat vakum pada tahun 2003, maka mulai tahun 2005 ini Kavlink 21 berniat untuk bangkit kembali. Order pun mulai berdatangan. Bahkan, beberapa kali diundang menjadi pembicara dalam diskusi bidang film dan multimedia. "Dalam bidang film sendiri, kita sudah memiliki empat karya," ungkap Iqbal.

Salah satu film tersebut yang berjudul "Tunas-Tunas Dakwah" bahkan sudah diputar sampai ke UGM, Yogyakarta. "Film ini memang rencananya mau dikomersilkan, meski harus diedit ulang dahulu. Caranya, dengan dijual dalam bentuk VCD dan road show ke kampus-kampus," jelas Iqbal.

Selain road show, Iqbal juga merencanakan untuk membentuk komunitas-komunitas diskusi di kampus-kampus. Hal ini dilakukan bukannya tanpa tujuan. "Mahasiswa kan segmen utama kita. Jadi harus didekati," kata Iqbal lagi.

Iqbal mengakui, belum merasakan keuntungan material yang berarti dari bidang yang dijalaninya ini. Meski demikian, Iqbal dan teman-temannya tetap berkomitmen untuk membesarkan Kavlink 21. "Kita membangun dari nol, jadi tinggal usaha untuk membesarkannya saja. Meski profit masih sedikit, namun niat kita memang ingin meraih keuntungan lewat film," papar Iqbal.

Sama halnya dengan Iqbal, Imam Hidayah, pengelola Toko Buku dan Perpustakaan "Taman Bunga", Jatinangor, yang baru berdiri pada Mei 2005, juga tidak memedulikan keuntungan materi yang sedikit. "Untung dari jual buku kan kecil," cetus Imam yang juga mahasiswa Fikom Unpad Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2001 ini.

Meski demikian, Imam dan 7 orang temannya yang sama-sama mendirikan Taman Bunga tidak terlalu memedulikan hal tersebut. "Saya memang suka buku. Selain itu, di sini saya juga bisa bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang. Ada kesenangan tersendiri di situ," kata Imam.

Namun Imam tetap mempunyai perencanaan ke depan untuk mengembangkan usahanya. Imam berencana untuk membuka penerbitan, sebagai unit usaha lain, karena melihat masih banyaknya buku-buku teks berbahasa asing yang belum diterjemahkan. "Inginnya sih bisa membiayai kuliah dari usaha ini. Cuma kita saat ini memang masih merintis. Setidaknya, bisa makanlah dari sini," ujar Imam.

Cerita-cerita di atas merupakan potret mereka yang sudah terjun berwirausaha sejak di bangku kuliah. Berani dan optimis merupakan kuncinya. "Dulu mungkin anak-anak di Indonesia lebih 'diarahkan' untuk menjadi worker. Namun sekarang yang saya lihat, kecenderungan anak-anak muda di Indonesia untuk mulai berani berwirausaha sudah mulai muncul," demikian pendapat Iqbal.

"Banyak mimpi-mimpi untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan? Saya sendiri tidak pernah bermimpi bahwa besok ada revolusi atau KKN tiba-tiba jadi bersih, cuma setidaknya kita di sini telah melakukan sesuatu, meskipun kecil. Kita tidak diam saja.

Biaya Pengiriman

Untuk pelayanan pengiriman, kami menggunakan jasa GED, dengan perkiraan kategori biaya pengiriman sebagai berikut :


Banyak pesanan : 1 baju s/d 3 baju
(perkiraan berat termasuk packaging = 0 s/d 1 kg):

Wilayah Pulau Jawa : Rp. 13.000

Wilayah Pulau Sumatera : Rp. 30.000

Wilayah Pulau Kalimantan : Rp. 35.000

Wilayah Pulau Irian dan Maluku : Rp. 50.000

(Harga sewaktu-waktu dapat berubah, menyesuaikan dengan jauh-dekat wilayah pengiriman dengan pusat kota, serta menyesuaikan dengan perubahan ketentuan dari Jasa Courier)

Cara Pemesanan

Silahkan memilih produk yang ingin anda pesan, jika ada pertanyaan atau request khusus, jangan ragu buat 'ketemu' Suntay via email, YM ataupun SMS :) Sistem pemesanan di 'DAKORS Distro' adalah sistem 'persahabatan', dimana kami akan dengan senang hati berbincang dengan anda sebelum anda melakukan pemesanan, dengan harapan kami dapat membantu memilihkan produk dan warna terbaik sesuai keinginan dan kepribadian anda

Jika produk yang anda inginkan sudah tersedia stoknya, maka barang akan segera kami kirim setelah anda melakukan transfer melalui Bank BNI, BCA atau Bank Mandiri dan mengkonfirmasikannya kepada kami melalui email atau SMS.

Untuk beberapa produk, kami hanya membuat satu item untuk satu model (edisi terbatas), kami akan selalu memberi label 'LIMITED EDITION' pada produk-produk tersebut. Bagi anda yang menginginkan produk tersebut, harap segera mengkonfirmasikan kepada kami, kami akan melayani berdasarkan urutan pelanggan yang pertama mengkonfirmasikan kepada kami.

Untuk produk yang stoknya sedang kosong, kami akan membuatkannya untuk anda, begitu pula dengan request-request khusus. Hanya saja harap dimaklumi, karena produk kami adalah tidak di produksi secara massal dan kami selalu menjaga Original Design dari dakors eksklusifitas yg kami utamakan, maka waktu pembuatannya juga membutuhkan waktu, kami usahakan untuk pembuatan satu baju dapat kami selesaikan dalam waktu 10 hari.

Barang akan kami kirim melalui jasa kurir GED, dengan kisaran ongkos kirim yang hampir sama diantara ketiganya. Lama pengiriman akan tergantung dengan program pengiriman yang anda pilih (Reguler atau Kilat), yang tentu saja akan mempengaruhi biaya kirim. Kami akan mengkonfirmasikan biaya kirim dan estimasi tibanya paket melalui SMS atau email kepada anda.

Keterbatasan persediaan warna kain yang ada di DAKORS akan mempengaruhi lama pembuatan, kami anjurkan untuk memilih kain yang sudah tersedia di 'DAKORS", namun kalaupun anda memang membutuhkan warna khusus, kami akan mencarikannya untuk anda

Kritik dan saran untuk kemajuan 'DAKORS' sangat kami nantikan, jadi, jangan ragu untuk memberikan kami masukan

Standar Ukuran

Ukuran Baju

Ukuran standar yang digunakan Dakors dalam produknya :
Ukuran :

S(s) : Small panjang ke bawah
S(m) : Small Medium agak pendek
M : Medium
L
XL

Senin, 24 September 2007

PENAWARAN KERSAJAMA

MASUKKAN PENAWARAN KERJASAMA ANDA DI TEMPAT INI

bagi anda yang punya distro
kami menawarkan design gambar untuk bidang kaos dalam format CD,
dijamin harga murah dan orisinil
untuk informasi hubungi:081916478014
atau email suntay82@gmail.com

TENTANG KAMI

DAKORS Bisnis kreatif anak muda, memang menjual ide yang akhirnya dituangkan dalam berbagai macam produk. Ide itu pun selalu dipancing untuk melahirkan pembaruan-pembaruan atau inovasi. Tanpa inovasi, bisnis kreatif itu akan mati.

Meski sekarang sudah banyak bermunculan distro-distro, tapi saya tidak menganggap satu sama lain sebagai pesaing. Inovasi itulah yang dianggap sebagai pesaing sehingga masing-masing berpacu untuk lebih inovatif tanpa mengabaikan semangat atau pesan yang telah dikonsep.

Dakors Clothing, semangat untuk menciptakan produk nonmassal tentunya tetap kami pegang. Satu jenis barang yang diproduksi sendiri itu biasanya hanya dibuat 50-100 buah dan tidak akan diproduksi lagi di lain hari.

FREELANCE DESIGNER WELCOME

submit your CV and portfolio to :
Dakors Office:

Jl. Tukad Melangit Gg. IX No. 1
Panjer Denpasar
081916478014

or by email to :suntay82@gmail.com

Minggu, 16 September 2007

Memulai Bisnis DISTRO di Bali

Begitu Pesatnya perkembangan DISTRO2 di bali kami ingin mencoba keberuntungan kami dalam bisnis fashion di bali. ini adalah perkembangan yang sangat positive dan perlu dukungan dari pemerintah untuk lebih mengembangkan UKM yg kekurangan modal supaya mereka bisa bersaing dg merk surf yg udah mempengaruhi gaya fashion anak muda bali. kita masyarakat bali ga boleh lagi terbawa-bawa arus barat yang hanya mengandalkan merk mereka yg udah terkenal.kita seolah-olah termakan dengan gaya fashion surf.kita merasa PD kalau udah memakai merk2 dari baju surf yg merknya di kuasai oleh orang asing walaupun ga pantes pokoknya di pantes2sin aja yg penting merk luar...

DAKORS adalah merk yg kami kenalkan untuk anak2 muda di bali yg seneng mengexspresikan dirinya tanpa batas.
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Celana Pendek Gaul

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
STOCK Terbatas.......
Design Klacic

Berkerah

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

harga dapat DISKON jika Order lebih dari 100 Pcs

T-shirt man

semua warna putih.........
pesan di atas 100 pcs dapat diskon...
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Design Terbatas hanya di DAKORS ...

T-shirt Man

Design yg Keren dan harga terjangkau.....
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

harga bisa di DISKON jika Order lebih dari 100 pcs

About Dakors Clothing

Trend fashion di bali dari dulu blom berubah banyak untuk kalangan anak muda nya. Dulu dari gw merasa abg dan sampe sekarang gw masih merasa abg perubahan trend pasion (dibaca:masa berbusana) di bali blom banyak perubahan. Pemuda dulu sangat membanggakan banget kalo dah makek baju yang ada logo srumping nya ekh..surping seperti Billabolong, Ripcule, Quicksilvere dan sebangsanya. Aneh yah? Toko-toko nya pun banyak berceceran di wilayah kuta dari jalan kuta trus legian sampe jalan seminyak tu toko isinya dagang baju yang bermerek surf semua. Harganya? wow… satu baju ato celana waktu jaman dulu harganya paling murah bisa seratus ribuan, gileee! Kalo dibuat beli garem bisa mindahin pante kuta kebak mandi tuh.

Dulu kalo dah bisa make baju yang bermerek gitu rasanya bangga banget gak ketulungan deh, muka mandra bisa keliatan kaya anjasmara. Dulu gw pernah ngikutin tren kaya gitu *muka anjasmara tetep aja anjasmara, emang enak seh kainnya… sejuk, mungkin dulu ndak tau jenis kain aja. Mungkin tren spt itu yang diikuti anak muda bali jadi keliatan anak muda bali tajir-tajir, semuanya serba wah dan “meliah“. Trus menjelang kuliah ke jogja, iseng aja gw bawa ikut kesana, ternyata…anjrit! semua baju merek tersebut ada di emperan Malioboro, gw tau seh itu palsu, tapi akan kah orang-orang sekitar kita akan menyolek pundak lalu menanyakan “mas itu baju nya asli yah?”, ndak khan!!
Semenjak itu gw males bgt makek baju-baju yang di jual di planet surf *maklum di jogja cuman ada satu nama olutlet yg ngejual baju merek gituan. Trus jaman Distro clothingan nongol dan menjamur di jogja, kain dan desainnya pun ndak beda jauh dengan kelas merek surpingan. Banyak outlet-outlet berdiri kokoh di pinggiran jalan di jogja dari yg outlet mini sampe berskala lumayan besar, bisa dibilang kayak molly yang seiprit sampe mailbox yang lumayan gede. Clothing company pun mulai menjamur di jogja kaya’ DIGITAC Inc, yang sempet booming, tapi sekarang dah bangkrut karna owner nya ngabur kebali, hahahaha…

Dari situ gw berpikir, kenapa gak bikin Distro aja dibali, khan anak muda bali stailis banget dalam berpakaian. Ternyata di bali dah ada lumayan banyak juga distro nya, tapi hasilnya mengecewakan banget, banyak distro di bali sepi dan kurang peminatnya. Gw sempet main ke sucided glam, ritz, electrohell dan distro ecek-ecek dipinggiran jln iman bonjol mereka pada sepi semua. Padahal harga baju mereka ndak mahal koq, gw sempet beli baju yang harganya 80ribuan, kainnya enak dan desain nya gak jelek-jelek banget. Kenapa yah? Beda aja dengan toko surping yang selalu rame dan bisa rame banget kalo mereka mengadakan big sale, wah tu parkiran toko pasti antre deh, bejubel banyak nya pembeli *kurang tau juga mereka pembeli ato maling?

Dakors Mencoba Mengubah Trend fashion anak muda bali...dari yg kebarat2 tan jadi ke local2 lan dan PD memakai product local.

Contact Dakors

Dakors Office :

Jl. Tukad Melangit Gg.IX No. 1 Panjer
Denpasar.
email :suntay_hsp@yahoo.co.id
ketut@tabootrading.com
suntay82@gmail.com

Telp :0361 7425290
Hp :081916478014 (suntay)

Memulai Bisnis DISTRO di Bali

Begitu Pesatnya perkembangan DISTRO2 di bali kami ingin mencoba keberuntungan kami dalam bisnis fashion di bali. ini adalah perkembangan yang sangat positive dan perlu dukungan dari pemerintah untuk lebih mengembangkan UKM yg kekurangan modal supaya mereka bisa bersaing dg merk surf yg udah mempengaruhi gaya fashion anak muda bali. kita masyarakat bali ga boleh lagi terbawa-bawa arus barat yang hanya mengandalkan merk mereka yg udah terkenal.kita seolah-olah termakan dengan gaya fashion surf.kita merasa PD kalau udah memakai merk2 dari baju surf yg merknya di kuasai oleh orang asing walaupun ga pantes pokoknya di pantes2sin aja yg penting merk luar...

DAKORS adalah merk yg kami kenalkan untuk anak2 muda di bali yg seneng mengexspresikan dirinya tanpa batas.
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket